Rischa menutup kedua telinganya. “Mau sekolah di mana?” “Mau jadi apa?” “Mau pilih yang mana?” “Maumu apa?” “Kamu nggak suka aku?” Berbagai pertanyaan terus terngiang-ngiang di kepala Rischa. “Terserah.” “Terserah.” “Terserah.” Itu kata wasiat yang selalu Rischa gunakan untuk menjawab apa pun bentuk pertanyaan. Rischa benci membuat keputusan sekecil apa pun. Kenapa dunia ini begitu rumit? Kenapa banyak pilihan dan keputusan yang harus dibuat?
…
Copy-Rischa menutup kedua telinganya. “Kita, copy-cat nggak berhak membuat keputusan!” “Fokus! Fokus! Kita harus mengikuti gerak mereka. Nggak ada pilihan lain!” “Itu tugas kita! Kamu nggak boleh menentang takdir!” Berbagai peringatan terus terngiang-ngiang di kepala copy Rischa. “Kenapa?” “Kenapa?” “Kenapa?” Itu kata wasiat yang selalu Rischa gunakan untuk membantah apa pun bentuk peringatan. Kenapa dunia begitu sederhana? Kenapa tidak ada pilihan dan tidak boleh membuat keputusan?
…
Bukan sengaja, Rischa menjatuhkan sebuah kotak di gudang yang super berantakan. Ia berusaha menangkap kotak dan kakinya terbelit sehelai kain. Rischa jatuh tersungkur dan kain itu tersibak. Rischa menatap bayangan dirinya dalam sebuah cermin antik.
…
Dengan sengaja Copy-Rischa menirukan gerakan menjatuhkan sebuah kotak di gudang super berantakan. Ia berusaha menangkap kotak dan membelitkan kakinya pada sehelai kain. Copy Rischa jatuh tersungkur dan kain itu tersibak. Ia menatap Rischa dalam sebuah cermin antik.
…
Rischa dan Copy-Rischa saling bertatapan dibatasi sebuah cermin.
Rischa mengulurkan tangan menyentuh cermin itu. “Seandainya aku seperti bayangan di cermin yang cuma perlu mengikuti gerakan. Pasti asyik nggak perlu bikin keputusan.” Rischa menggumam dalam hati.
Copy-Rischa menirukan mengulurkan tangan menyentuh cermin itu. “Seandainya aku seperti dia yang bisa mengambil keputusan sendiri apa yang mau dilakukan.” Copy- Rischa menggumam dalam hati.
Kedua tangan mereka bersentuhan dibatasi sebuah cermin
…
Tiba-tiba cermin itu menjadi selembek agar-agar. Tangan Rischa dan Copy-Rischa bersentuhan. Secara ajaib tubuh mereka berdua tersedot cermin. Dan dalam sekejab mereka berdua telah bertukar dunia.
…
Rischa dan Copy-Rischa merasa mengalami dejavu. Mereka yakin telah mengalami pertukaran ini. Ya, sudah lama sekali ketika mereka masih sangat kecil.
…
Rischa atau yang sekarang disebut Copy-Rischa dan Copy-Rischa yang sekarang disebut Rischa yakin akan menikmati dunia yang sekali lagi telah mereka tukar.
Complicated!
Menantang aku berfikir.
Maksudnya RISCHA dulunya adalah bayangan cermin, lalu tertukar dengan COPY-RISCHA, dan RISCHA ingin kembali menjadi bayangan cermin. Juga sebaliknya. Begitu bukan?
Pesannya bisa dijadikan refleksi dalam diri masing-masing.
O ya, bukannya tema ini untuk dijadikan skenario?
Satu lagi: Maksud ‘kata wasiat’ di atas apa ya? Kata ajaib/ampuh kali maksudnya…
iya harusnya sih skenario. tapi karena bikin skenario butuh waktu lebih lama jadi aku bikin cerpen. daripada ga sempet ketulis mulu.he3
btw thx buat koreksinya… iya mksdnya kata ampuh 🙂
Eh, lupa! Kamu moderator janjijumat bukan?
iya.. gw(angel) n thedreamrobber (dikha) 🙂
waw, moderator janjijumat! pantesan karyanya oke begini. Suka suka suka sekali ide bertukar tempatnya. 🙂
Thx 🙂
Btw gw juga amatir kok dalam hal tulis-menulis…. Makanya ada Janji Jumat, buat pelampiasan hobi… hehehe…
Bagus….. sebenarnya isinya bobotnya ngga terlalu berat, tetapi ide cerita-nya itu loh yg berbobot.
Akhirnya masing2 mendapatkan apa yg mereka mau.
Happy Ending sih ? Cuman masalahnya apakah mereka bisa terbiasa dengan dunia yg rada terbalik ?
Di dunia cermin sebelah kiri menjadi sebelah kanan. Kl di dunia normal is left handed di dunia cermin bisa right handed ?
Wonder, if they can return back to their own world in the future……
Bravo anyway !
🙂