Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘tukang pos’

Menjadi pengantar surat alias tukang pos bukanlah pekerjaan yang diidam-idamkan anak muda jaman sekarang. Tapi itulah pilihan hidup Andra. Bahkan ia rela pindah dari kemeriahan kota besar ke kota kecil yang sepi. Alasannya sederhana, ia suka melihat ekspresi gembira dari orang yang menerima surat. Di kota besar ekspresi seperti itu tidak akan pernah ditemuinya, karena surat yang dikirim biasanya hanya berupa dokumen pekerjaan, atau surat lamaran pekerjaan.

Baru dua hari Andra berada di kota kecil itu, tapi ia berasa seperti di kampung halamannya sendiri. Dengan mengendarai sepeda dan tas berisi surat yang diselempangkan di bahunya, ia akan mengantarkan surat dari rumah ke rumah. Surat pertama untuk tetangganya, Tante Marni yang sangat ramah. Karena begitu gembira menerima surat dari anaknya yang tengah merantau di kota besar, Tante Marni mengajak Andra minum teh sebentar saja. Meninggalkan sepeda yang terparkir di luar pagar rumah dan tas di atas jok sepeda, ia masuk ke dalam rumah Tante Marni.

Lima menit kemudian Andra pamit. Betapa terkejut Andra ketika menemukan tas di atas jok sepedanya kosong. Kemana 5 surat di dalamnya? Terbang terbawa angin? Dengan rasa tidak percaya ia menjungkir balikkan tasnya. Sebuah sobekan kertas terjatuh dari dalam tas. Andra mengambil sobekan kertas yang kumal itu. Di dalam kertas itu tertulis sebuah kata, “maaf”. Apa artinya tulisan itu? Ada yang mengambil surat-suratnya? Buat apa? Bukannya lebih berharga sepedanya dibanding surat-surat itu?

Dengan perasaan campur aduk dan penuh kebingungan Andra mengayuh sepedanya menuju kantor polisi satu-satunya di kota kecil itu. Sebagai bukti robekan kertas bertulis kata “maaf”tersimpan rampi di dompetnya. Laporan kehilangannya pasti menjadi laporan yang sangat unik di kepolisian. Betapa malu Andra, tapi apa boleh buat, satu-satunya cara menemukan surat-surat itu adalah dengan melapor ke kantor polisi. Sedih ia memikirkan orang-orang yang tengah menunggu kedatangan surat dari kerabat, atau sahabat mereka.

Tidak jauh lagi Andra akan sampai ke kantor polisi. Tiba-tiba seorang Bapak menyapanya. “Kamu tukang pos baru itu kan? Terimakasih sudah mengantarkan suratku tadi! Aku sudah berhari-hari ini menunggu surat dari istriku ini.” Andra terkejut sekali. Berarti surat-suratnya yang hilang tidak hilang? Secara terselubung ia mencari informasi mengenai surat itu. Dari keterangan sang bapak, Andra tahu bahwa surat itu disisipkan ke dalam rumah melalui pintu, jadi bapak itu tidak tahu siapa yang mengantarnya. Benar-benar aneh. Siapa pencuri yang berbaik hati membantunya mengantar surat?

Andra tidak jadi membuat laporan ke kantor polisi. Ia memutuskan menyelidiki masalah ini terlebih dahulu. Ia mengayuh sepeda berkeliling kota, dan bertemu beberapa warga lain yang berterimakasih kepadanya. Apakah berarti semua surat sudah sampai ke alamat yang dituju?

Keesokan pagi Andra bersiap mengayuh sepedanya. Hari ini surat yang harus diantar hanya 2 buah. Tiba-tiba telepon di kantor pos berbunyi. Seolah sudah melupakan peristiwa kemarin, Andra meninggalkan tasnya yang berisi surat di jok sepeda. Dan sekali lagi Andra terkejut karena tasnya kosong. Seperti kemarin, ia menemukan sobekan kertas kumal bertuliskan, “maaf.” Andra penasaran sekali, apakah kedua surat itu sudah sampai di alamat yang dituju. Seperti perkiraannya, dua surat itu sudah sampai dengan selamat. Pencuri yang baik hati itu benar-benar membuatnya penasaran dan terobsesi.Tidak henti-hentinya Andra memandangi dua robekan kertas bertulis kata “maaf”, dan membayangkan seperti apa orang yang menulis keempat huruf itu.

Hari ini tidak ada surat yang harus diantar. Tapi Andra punya rencana untuk menangkap pencuri yang baik hati itu. Ia berpura-pura keluar hendak mengantarkan surat. Seperti sebelumnya ia meninggalkan tas di atas jok sepedanya dan bersembunyi di balik semak-semak. Dari balik semak-semak ia melihat beberapa orang lalu lalang. Seorang gadis bersama anjing kampung yang besar dan tampak sudah tua mendekat. “Cantiknya…,” gumam Andra. Terkejut bukan main Andra, ketika gadis itu mendekati sepedanya dan mengambil surat palsu dari dalam tas. Gadis itu memberikan surat-surat palsu pada anjingnya. Anjing itu langsung menyalak gembira perlahan dan membawa surat dengan mengigitnya. Kemudian sang gadis memasukkan sebuah robekan kertas ke dalam tas.

Sesaat Andra bengong, tapi ia tahu bahwa ia harus menangkap basah pencuri itu. Sang gadis kaget sekali mengetahui Andra memergokinya. Anjing kampung yang besar dan sudah tua itu menyalak-nyalak galak kepada Andra. Surat-surat palsu yang dibawanya di moncong berjatuhan. “Aku cuma ingin tahu apa tujuanmu mencuri surat-surat yang harus kuantar,” teriak Andra yang takut digigit.

Andra bersama gadis cantik yang ternyata bernama Bulan dan anjingnya bernama Bleki duduk mengelilingi meja bulat di dalam kantor pos. Bulan baru selesai bercerita mengenai ayahnya mantan tukang pos yang baru saja meninggal sebelum Andra datang. Dulu ayah Bulan biasa mengantar surat bersama Bleki. Bleki selalu membawa surat yang mau diantar di moncongnya. Warga senang sekali menerima surat dari Bleki, asisten tukang pos yang unik. Semenjak ayahnya meninggal, Bleki jadi tidak mau makan dan hanya tidur seharian. Bulan terus mencari cara agar Bleki yang memang sudah tua bersemangat kembali. Sampai akhirnya kemarin lusa Bulan menemukan cara itu.

Semenjak hari itu, Andra mendapat seorang asisten tukang pos yang unik. Bleki selalu menemani Andra mengantar surat seperti jaman dahulu. Kata orang, anjing merupakan mak comblang yang ampuh, dan ternyata itu benar. Perlahan-lahan benih-benih cinta tumbuh di hati Andra dan Bulan. Sekarang Andra bukan hanya mendapat asisten tetapi juga seorang kekasih yang cantik, Bulan. Tiga robekan kertas bertulis kata “maaf” yang menjadi sejarah perkenalan mereka selalu tersimpan rapi di dompet Andra.

Read Full Post »